Minggu, Maret 29, 2009

Serpihan Air Mata Hati Debu Jalanan*

Sejarah begitu sabar menunggu kemenangan manusia-manusia durjana, dan cinta yang murni adalah kenyataan yang tak pernah kita terima sebagai kebenaran.

Hidup itu hakikatnya ketakbisaan untuk mengelak… karena itu tinggi nilainya setiap usaha pemberontakan terhadap sebuah garis… kita tau, semua tau itu adalah sia-sia tapi kita diperintah untuk melawannya… kita bahkan dicipta untuk menabraknya…

Tuhan adalah sebuah pewujudan ribuan derita iman, yang tak perna lengkap dicerna manusia dan tak mampu apa-apa kecuali berkelahi dan berjamaah dengan bayangan-bayangannya sendiri…

Akuilah, kalian semua pengikut Adam, yang terusir pengiring mempelai Hawa, yang memanggul rasa berdosa … tapi aku, tak menyesal menjadi nafas irada Tuhan, yang berhembusan dan menari diserpian awan …
aku bahagia menjadi jalan setapak di hutan-hutan, dusun-dusun dan perkampunga bumi Tuhan yang mengekal diluas angkasa…

Kita bukanlah makhluk jejadian yang bisa dibentuk apa saja, A, B, C, atapun Z, bahkan tak dimengerti jejadinya…kita bukanlah robot, boneka, atau anjing piaraan dengan remot sang penguasa bisa diarahkan kemana saja…

Orang-orang tak perna serius dengan kebaikan, tak perna bersungguh-sungguh dengan kebenaran…kita cuma main-main memperolok zaman dan memperburuknya dengan kemalasan dan kesombongan…

Kitalah segerombolan perasaan sia-sia yang menuding langit dan menghujam bumi… bertanya hidup untuk apa, kecuali berak dan air mata… menuntut jawab hidup mulia bagaimana… kecuali gempar dengan perasaan syahdu dan gemuruh dengan perasaan langut…

(Footnotes)
* Seluruh naskah ini diambil dalam buku dokumentasi karya Teater HASTASA
* Komunitas anak2 yang takpernah menghirup segarnya udara kemerdekaan.